Suriah Kini

Perang Saudara Suriah, sebuah konflik yang menghancurkan dan kompleks, bermula pada tahun 2011 ketika rakyat Suriah menyatakan ketidakpuasan atas tingginya angka pengangguran, merajalelanya korupsi, dan kurangnya kebebasan politik di bawah rezim Presiden Bashar al-Assad. Situasi ini diperburuk oleh kekeringan terburuk dalam sejarah modern di negara ini pada tahun 2006 hingga 2010, yang ditambah dengan kesenjangan ekonomi, memicu protes pro-reformasi tanpa kekerasan. Demonstrasi ini adalah bagian dari pemberontakan Musim Semi Arab yang lebih luas, namun ditanggapi dengan tindakan keras pemerintah, yang kemudian meningkat menjadi perang saudara besar-besaran.

Keterlibatan internasional secara signifikan mempengaruhi arah konflik Suriah. Rusia dan Iran telah menjadi sekutu setia pemerintahan Assad, memberikan dukungan militer dan membantu operasi tempur melawan kelompok oposisi. Sebaliknya, Turki, negara-negara Barat, dan beberapa negara Teluk Arab mendukung berbagai faksi oposisi. Intervensi militer Rusia, khususnya serangan udara yang menargetkan milisi oposisi, telah menjadi faktor penentu, meskipun hal ini tidak mencegah menyusutnya kendali rezim Assad atas wilayah pada titik-titik tertentu selama konflik.

Terlepas dari argumen bahwa satu penguasa otoriter dapat membawa stabilitas, situasi saat ini di Suriah di bawah kendali Assad masih jauh dari stabil atau damai. Pelanggaran hukum terjadi bahkan di wilayah yang dikuasai rezim, dengan kejahatan yang merajalela, termasuk pencurian, penculikan, dan bentrokan bersenjata antar keluarga dan milisi. Ketergantungan rezim pada milisi-milisi ini untuk mendapatkan dukungan dan kegagalan rezim untuk mengekang kegiatan kriminal mereka telah menyebabkan rusaknya tatanan sosial dan kepercayaan dalam masyarakat. Kekacauan ini telah memaksa banyak keluarga mempertimbangkan untuk mengungsi ke negara-negara tetangga, sehingga semakin mengganggu stabilitas kawasan.

Selain itu, perang ini mempunyai dampak kemanusiaan yang sangat besar. Lebih dari separuh penduduk Suriah telah mengungsi, jutaan orang membutuhkan bantuan darurat dan mencari suaka di lebih dari 130 negara. Konflik ini telah mengakibatkan meluasnya kemiskinan, kelaparan, dan jumlah korban jiwa yang sangat besar, dengan perkiraan lebih dari 600.000 korban jiwa. Upaya-upaya untuk menengahi penyelesaian politik terhenti, sehingga Assad tetap berkuasa namun memimpin negara yang terpecah belah di mana ketidak mampuan pemerintah untuk menjaga keamanan dan menyediakan layanan dasar terlihat jelas.

Kesimpulannya, meskipun gagasan bahwa seorang tiran lebih disukai daripada beberapa faksi yang bertikai mungkin memiliki daya tarik secara teori, namun kenyataan di Suriah menunjukkan bahwa kekuasaan Assad yang terus berlanjut tidak menghasilkan perdamaian atau stabilitas. Sebaliknya, negara ini tetap terpecah, tidak memiliki hukum, dan menderita akibat dampak perang saudara yang brutal, dengan banyak korban jiwa dan masyarakat yang hancur.

========

Diterbitkan dalam Bahasa Inggris di: https://t.me/Geostratinsight1
Baca bersi Bahasa Inggris DISINI

Pict: blogs.kent.uc.ac

Leave a comment